Milik Siapa Semua Itu?
Sesungguhnya tiap hari harta kita berbicara kepada kita, “Aku bukan milikmu, aku semata-mata berasal dari kemurahan Allâh kepadamu. Kalau aku dapat kau timbun, itu bukan karena jerih payahmu, sebab banyak orang telah bekerja lebih keras darimu tapi tidak berhasil mengumpulkanku. Kalau aku berhasil kau kumpulkan, itu bukan juga karena kepintaranmu, karena banyak orang yang jauh lebih pintar darimu tapi tidak berhasil mengumpul-kanku. Kau sama sekali tidak berkuasa atasku, karena aku bisa sewaktu-waktu berpindah ke tangan orang lain, aku bisa hilang, aku bisa musnah karena musibah yang datang di luar pengetahuan dan kekuasaanmu.”
Demikian juga badan kita, setiap hari ia berbicara, “Aku bukan milikmu. Kau tidak bisa memerintahku untuk tumbuh, kau tidak bisa melarangku untuk sakit, kau tidak bisa memerintahku untuk selalu segar, kau tidak bisa memerintahku untuk segera sembuh, kau tidak bisa melarangku untuk tidak beruban, kau tidak bisa menghambat proses penuaanku.”
Namun, suara itu terlalu sayup untuk telinga kita sehingga kita tidak mendengarnya. Kita merasa sombong dengan harta dan ketampanan wajah kita, padahal sewaktu-waktu nikmat itu bisa dicabut oleh Allâh dan diserahkan kepada orang lain. Harta kita bisa habis sekejap mata, wajah kita bisa berubah sangat buruk dan menakutkan. Ngeri, bukan?
Lalu bagaimana cara kita memelihara berbagai nikmat itu agar tetap menjadi milik kita? Mudah …, yaitu dengan bersyukur, mengakui bahwa semua itu berasal dari kemurahan Allâh yang tidak diberikan kepada setiap orang, dan sewaktu-waktu bisa berpindah ke tangan orang lain. Kemudian kita kuatkan rasa syukur itu dengan memanfaatkan nikmat-nikmat itu di jalan yang diridhai-Nya.
Di dalam Rahasia nan Agung
Sesungguhnya kita tak memiliki apa-apa
Lalu, apa gerangan persaingan yang kita rasakan ini?
Sebelum kita, satu demi satu
melewati gerbang yang sama
(John Moyne and Coleman Barks, The Rumi Collection)
Kata-Kata Bijak:
Aku tak bisa membuat Alam menaatiku, aku tidak bisa membuat orang lain setuju dengan tingkah lakuku, aku bahkan tidak bisa membuat tubuhku tunduk kepadaku. (Thomas Merton)
(Eyang Husein)
Comments
Post a Comment