TAHUN BARU 1438



CUCU: Mbah, tanpa terasa kita sudah masuk tahun baru ya…?

MBAH: Ya, Mbah jadi semakin tua. Tahu tidak, Mbah ini sering kali merasa sangat muda dan bersemangat.

CUCU: Gimana …gimana Mbah?

MBAH: Mbah itu sering kali merasa seakan-akan masih seumur waktu Mbah kuliah dulu di Yogya. Pake CB 125 cc warna merah rambut kribo.

Sekali waktu Mbah berjalan melenggang di rumah dengan penuh tenaga dan semangat, tiba-tiba di kamar Mbah ada kakek tua. Waduh Mbah kaget setengah mati. Berani mati benar orang tua ini masuk ke tempat yang paling rahasia. “SIAPA DIRIMU?” bentak Mbah. Dia malah balas membentak tidak kalah galaknya, “SIAPA DIRIMU?” Ketika Mbah mau melayangkan kombinasi Hook dan Jab, ternyata pak tua tadi adalah bayangan Mbah sendiri di kaca.

CUCU: Wk wk wk …Mbah …Mbah dikirain tadi cerita serius.

MBAH: Siapa bilang ini tidak serius. Itulah pentingnya kaca. Kita perlu sering mengaca, supaya tahu keadaan kita sebenarnya, jangan cuma meneliti orang saja…mencari-cari kesalahan orang lain… merasa diri paling… Lihat dong diri kita sendiri…banyak yang harus didandani.

CUCU: Saya jadi ingat sabda kanjeng Nabi Muhammad…

MBAH: Alloohuma sholli wa sallim ‘alaih…

CUCU: Seorang mukmin adalah kaca bagi mukmin lainnya.

MBAH: Persis…persis…Mbah juga ingat ucapan kanjeng Nabi Saw yang lain. “Beruntunglah orang yang sibuk dengan aib-aibnya sendiri, bukan aib-aib orang lain.” Ini Hadis luar biasa… Masya Allah…

CUCU: Maksudnya gimana, Mbah?

MBAH: Kalau kamu benar-benar meneliti aib dan kekuranganmu, maka kamu akan mendapati bahwa dirimu ini penuh dengan cacat dan kekurangan. Kalau kamu diberi taufiq oleh Allah untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan itu, maka Allah akan membukakan kepadamu kekurangan-kekuranganmu yang lain. Ketika kamu berusaha memperbaiki diri, Allah pun membukakan kepadamu aib-aibmu yang lain lagi. Begitu seterusnya sampai pada titik bahwa kamu merasa tidak punya amal yang bisa dibanggakan. Kamu hanya akan bergantung pada rahmat dan kemurahan Allah.

CUCU: Orang semacam ini kelihatan susah…

MBAH: Eeiiittt… sebentar, Mbah belum selesai… Setelah itu, tahu tidak, apa yang terjadi? Pada tahapan itu, ia akan merasa nasihat apapun cocok untuk dia. Kalau dia mendengar orang berkata, “Hati-hati... jaga sholatmu!” Dia akan mengangguk karena merasa belum betul-betul menjaga sholatnya. Kalau ada orang menasihati agar bakti kepada orang tua, dia merasa sama sekali belum berbakti kepada orang tua. Orang menasihati agar lebih rajin beramal, agar menahan amarah, agar bersikap sabar, agar tidak bermaksiat… alhasil semua nasihat itu pas dan pantas untuk dirinya. Orang seperti ini kalau dicacimaki tidak begitu sakit hati. Sebab, ia tidak merasa dirinya mulia.

CUCU: Subhanallaah…

MBAH: Lucunya lagi…, kalau dia menasihat orang lain, dia seringkali kaget karena ucapan itu seakan-akan tertuju kepada dirinya sendiri. Kadang kata-kata itu terasa sangat tajam menusuk hatinya sehingga ia tidak sanggup meneruskan bicaranya.

CUCU: Masa sih Mbah seperti itu…?

MBAH: Dan yang istimewa adalah kesalahan-kesalahan orang lain di matanya tampak kecil…dan bisa ia maklumi. Dia merasa bahwa kesalahan-kasalahan itu semua pada hakekatnya pernah ia lakukan, walau tidak persis sama.

MBAH TI: Kung... ni kopinya…

MBAH: Ti... koq tahu saya pas lagi pengin ngopi… Muuuah…buat Mbah Ti

MBAH TI: Aah sebel…

Comments