MBAH: Sudah rapi mau pergi ke mana? Koq dari tadi cuma mondar-mandir aja?
CUCU: Teman-teman pada kumpul di rumah Agus, saya di suruh ke sana. Berangkat ndak, Mbah?
MBAH: Berangkat aja, apa yang bisa membuat hatimu senang ya kerjakan saja?
CUCU: Enaknya buka puasa di sini atau di sana ya Mbah?
MBAH: Yang penting sekarang berangkat dulu, urusan buka dipikir nanti aja, kan masih 1 jam lagi.
CUCU: Pake baju ini pantes nggak Mbah?
MBAH: Kamu sekarang mendingan nemenin Mbah aja ya... Mbah punya cerita pendek. Gimana … setuju tho?
CUCU: Siap Mbah…!
MBAH: Ada dua orang bersaudara namanya Ahmad Fikri dan Mohammad Mikri. Keduanya sangat rukun. Ahmad Fikri, sang kakak, orangnya sangat bijaksana, bertanggung jawab, wajahnya serius, hidupnya sangat teratur, semua yang akan ia kerjakan selalu dipersiapkan dengan baik.
Mohammad Mikri orangnya santai, temannya banyak, selalu ceria, hidup ia jalani apa adanya, mengalir aja kata orang sekarang. Di kalangan teman-temannya nama panggilannya Moh Mikri. Suatu hari mereka melakukan perjalanan bersama …
CUCU: Ke mana Mbah?
MBAH: Ke desa yang agak jauh dari kota. Sampai larut malam mereka belum sampai ke tujuan. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidur di perjalanan. Mereka berdua sangat capai.
“Mau tidur di mana?” tanya Ahmad.
“Di sini aja,” jawab Moh Mikri sambil menunjuk jalan. “Di sini bersih.”
Kakaknya kaget, “Kamu gila, ini kan jalan raya, kalau ditabrak mobil gimana!?”
“Sekarang kan sudah larut malam, ngapain mobil lewat sini malam-malam,” jawabnya santai sambil langsung berbaring di tengah jalan.
“Ayo kita tidur di bawah pohon itu aja … lebih aman,” bujuk kakaknya.
“Aku di sini aja, malas ke sananya, badan sudah capai gini,” sambil siap-siap tidur.
Si kakak akhirnya tidur sendiri di bawah pohon yang tidak jauh dari jalan. Menjelang subuh, benar seperti yang diperkirakan oleh Ahmad Fikri yang bijaksana ini. Lewat mobil dengan ngebut sekali, pak sopir kaget melihat orang tidur di tengah jalan, setir mobil dibanting ke kanan, mobil itu dengan kencang menuju ke arah pohon yang dekat dari jalan DUAAAARRR. Pohon itu ditabrak dan juga orang yang tidur di bawahnya.
CUCU: Huaa ha ha hua ha ha hua ha ha …
MBAH: Hush hush Mbah Ti lagi tidur heei…
CUCU: Huaa ha ha … ini cerita paling tidak mutu yang pernah saya dengar hua ha ha..
MBAH PUTRI: Kung ada apa rame-rame ini heh…?
MBAH: Ampun Ti, ni yang rame-rame cucumu … bukan saya … cucumu…
(setelah Mbah Ti tenang, cucuku tanya penasaran)
CUCU: Terus ceritanya gimana, Mbah?
MBAH: Lho tadi katanya cerita nggak mutu?! Akhir dari cerita ini, Ahmad Fikri selamat, cuma lecet-lecet aja. Tapi setelah kejadian itu, dia tampak lebih ceria, lebih santai, kerut-kerut di keningnya hilang, lebih murah senyum, lebih TAWAKKAL, kalau rencananya tidak berjalan seperti yang ia inginkan dia tidak terlalu kecewa, dan dia mendapatkan banyak hikmah dari kejadian malam itu.
CUCU: Hikmah apa Mbah?
MBAH: Ya kamu pikir sendiri … ayo sekarang berangkat ke rumah Agus, jangan banyak mikir!
(Cerita ini pernah Mbah dengar, sekarang Mbah ceritakan kembali versi Mbah)
CUCU: Teman-teman pada kumpul di rumah Agus, saya di suruh ke sana. Berangkat ndak, Mbah?
MBAH: Berangkat aja, apa yang bisa membuat hatimu senang ya kerjakan saja?
CUCU: Enaknya buka puasa di sini atau di sana ya Mbah?
MBAH: Yang penting sekarang berangkat dulu, urusan buka dipikir nanti aja, kan masih 1 jam lagi.
CUCU: Pake baju ini pantes nggak Mbah?
MBAH: Kamu sekarang mendingan nemenin Mbah aja ya... Mbah punya cerita pendek. Gimana … setuju tho?
CUCU: Siap Mbah…!
MBAH: Ada dua orang bersaudara namanya Ahmad Fikri dan Mohammad Mikri. Keduanya sangat rukun. Ahmad Fikri, sang kakak, orangnya sangat bijaksana, bertanggung jawab, wajahnya serius, hidupnya sangat teratur, semua yang akan ia kerjakan selalu dipersiapkan dengan baik.
Mohammad Mikri orangnya santai, temannya banyak, selalu ceria, hidup ia jalani apa adanya, mengalir aja kata orang sekarang. Di kalangan teman-temannya nama panggilannya Moh Mikri. Suatu hari mereka melakukan perjalanan bersama …
CUCU: Ke mana Mbah?
MBAH: Ke desa yang agak jauh dari kota. Sampai larut malam mereka belum sampai ke tujuan. Akhirnya mereka memutuskan untuk tidur di perjalanan. Mereka berdua sangat capai.
“Mau tidur di mana?” tanya Ahmad.
“Di sini aja,” jawab Moh Mikri sambil menunjuk jalan. “Di sini bersih.”
Kakaknya kaget, “Kamu gila, ini kan jalan raya, kalau ditabrak mobil gimana!?”
“Sekarang kan sudah larut malam, ngapain mobil lewat sini malam-malam,” jawabnya santai sambil langsung berbaring di tengah jalan.
“Ayo kita tidur di bawah pohon itu aja … lebih aman,” bujuk kakaknya.
“Aku di sini aja, malas ke sananya, badan sudah capai gini,” sambil siap-siap tidur.
Si kakak akhirnya tidur sendiri di bawah pohon yang tidak jauh dari jalan. Menjelang subuh, benar seperti yang diperkirakan oleh Ahmad Fikri yang bijaksana ini. Lewat mobil dengan ngebut sekali, pak sopir kaget melihat orang tidur di tengah jalan, setir mobil dibanting ke kanan, mobil itu dengan kencang menuju ke arah pohon yang dekat dari jalan DUAAAARRR. Pohon itu ditabrak dan juga orang yang tidur di bawahnya.
CUCU: Huaa ha ha hua ha ha hua ha ha …
MBAH: Hush hush Mbah Ti lagi tidur heei…
CUCU: Huaa ha ha … ini cerita paling tidak mutu yang pernah saya dengar hua ha ha..
MBAH PUTRI: Kung ada apa rame-rame ini heh…?
MBAH: Ampun Ti, ni yang rame-rame cucumu … bukan saya … cucumu…
(setelah Mbah Ti tenang, cucuku tanya penasaran)
CUCU: Terus ceritanya gimana, Mbah?
MBAH: Lho tadi katanya cerita nggak mutu?! Akhir dari cerita ini, Ahmad Fikri selamat, cuma lecet-lecet aja. Tapi setelah kejadian itu, dia tampak lebih ceria, lebih santai, kerut-kerut di keningnya hilang, lebih murah senyum, lebih TAWAKKAL, kalau rencananya tidak berjalan seperti yang ia inginkan dia tidak terlalu kecewa, dan dia mendapatkan banyak hikmah dari kejadian malam itu.
CUCU: Hikmah apa Mbah?
MBAH: Ya kamu pikir sendiri … ayo sekarang berangkat ke rumah Agus, jangan banyak mikir!
(Cerita ini pernah Mbah dengar, sekarang Mbah ceritakan kembali versi Mbah)
Comments
Post a Comment