KENANGAN MACAM APA YG AKAN KAU TINGGALKAN?!
Kebanyakan orang mati hanya meninggalkan kenangan singkat di batu nisan: Fulan bin Fulan, meninggal hari Senin, tgl. 4/4/2006 (misal). Tidak ada kenangan lain kecuali kalimat itu. Sebagian lagi bahkan kematiannya membuat banyak orang merasa lega (mustarâh minh).
Sepeninggal kita nanti, tidakkah kita ingin selalu dikenang, dijadikan teladan, disebut kebaikan-kebaikan kita dengan iringan doa? Kalau kita menghendaki demikian, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali selalu berbuat kebaikan, dan menjadikan keberadaan kita bermanfaat bagi orang banyak.
Betapa banyak orang pandai: dokter, insinyur, ekonom, akuntan, sarjana hukum tapi kontribusi mereka untuk masyarakat sangat kecil. Oleh karena itu, serendah apapun ilmu, sekecil apa pun kekayaan, selemah apa pun tenaga dan pikiran yang Anda miliki jadikanlah untuk kepentingan masyarakat luas.
Ayah para nabi, yakni Nabi Ibrahim ‘alaihis salâm dalam salah satu doanya berkata:
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. (QS 26:84)
Maksudnya: agar setelah beliau meninggal pahala masih terus mengalir karena orang meneladani perbuatannya, melaksanakan ajarannya, mengenang kisahnya, menyebut-nyebut namanya dan mendoakannya. Kenyataannya memang demikian, Nabi Ibrahim adalah nabi yang paling sering disebut namanya setelah nabi kita Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
KISAH ke-1:
Suatu hari ada usungan jenazah melewati Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata, “Ia telah beristirahat (mustarîh) atau mengistirahatkan (mustarâh minh).” Para sahabat bertanya, “Ya Rasûlullâh, apa yang Anda maksud dengan mustarîh dan mustarâh minh? Beliau berkata, “Kalau dia seorang hamba Mukmin maka ia sekarang bisa beristirahat dari susah payah dunia menuju kasih sayang Allâh. Kalau dia seorang durhaka, maka masyarakat, kota, pohon dan hewan tunggangan bisa beristirahat dari gangguannya.” (Bukhârî dan Muslim)
KISAH ke-2:
Dari Anas radhiyallâhu ‘anhu, ia berkata, “Suatu hari sebuah usungan jenazah melewati Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Para sahabat yang kebetulan bersama beliau waktu itu memuji jenazah tersebut. Beliau lalu berkata, ‘Sudah seharusnya.’ Tidak lama kemudian lewat lagi usungan jenazah yang lain. Kali ini mereka menjelekkannya. Beliau berkata, ‘Sudah seharusnya.’ Ketika ditanyakan kepada beliau, ‘Ya Rasûlullâh apa maksud ucapan Anda tadi?’ Beliau menjawab, ‘Ucapanmu tadi adalah kesaksian masyarakat. Kaum Mukminin adalah saksi-saksi Allâh di muka bumi.” (Bukhârî)
MUTIARA HADIS:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. (Thabarânî dan Dâruqutnî)
Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. (Tirmidzî, Ahmad dan Dârimî)
Kata Bijak:
Dengan menjadi orang baik kita akan mendapat kebahagiaan, kemudahaan, nama baik, keuntungan, bahkan kesehatan. Karena itu, jadilah orang baik sekarang juga.
Kebanyakan orang mati hanya meninggalkan kenangan singkat di batu nisan: Fulan bin Fulan, meninggal hari Senin, tgl. 4/4/2006 (misal). Tidak ada kenangan lain kecuali kalimat itu. Sebagian lagi bahkan kematiannya membuat banyak orang merasa lega (mustarâh minh).
Sepeninggal kita nanti, tidakkah kita ingin selalu dikenang, dijadikan teladan, disebut kebaikan-kebaikan kita dengan iringan doa? Kalau kita menghendaki demikian, maka tidak ada jalan lain bagi kita kecuali selalu berbuat kebaikan, dan menjadikan keberadaan kita bermanfaat bagi orang banyak.
Betapa banyak orang pandai: dokter, insinyur, ekonom, akuntan, sarjana hukum tapi kontribusi mereka untuk masyarakat sangat kecil. Oleh karena itu, serendah apapun ilmu, sekecil apa pun kekayaan, selemah apa pun tenaga dan pikiran yang Anda miliki jadikanlah untuk kepentingan masyarakat luas.
Ayah para nabi, yakni Nabi Ibrahim ‘alaihis salâm dalam salah satu doanya berkata:
Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian. (QS 26:84)
Maksudnya: agar setelah beliau meninggal pahala masih terus mengalir karena orang meneladani perbuatannya, melaksanakan ajarannya, mengenang kisahnya, menyebut-nyebut namanya dan mendoakannya. Kenyataannya memang demikian, Nabi Ibrahim adalah nabi yang paling sering disebut namanya setelah nabi kita Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
KISAH ke-1:
Suatu hari ada usungan jenazah melewati Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam, beliau berkata, “Ia telah beristirahat (mustarîh) atau mengistirahatkan (mustarâh minh).” Para sahabat bertanya, “Ya Rasûlullâh, apa yang Anda maksud dengan mustarîh dan mustarâh minh? Beliau berkata, “Kalau dia seorang hamba Mukmin maka ia sekarang bisa beristirahat dari susah payah dunia menuju kasih sayang Allâh. Kalau dia seorang durhaka, maka masyarakat, kota, pohon dan hewan tunggangan bisa beristirahat dari gangguannya.” (Bukhârî dan Muslim)
KISAH ke-2:
Dari Anas radhiyallâhu ‘anhu, ia berkata, “Suatu hari sebuah usungan jenazah melewati Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Para sahabat yang kebetulan bersama beliau waktu itu memuji jenazah tersebut. Beliau lalu berkata, ‘Sudah seharusnya.’ Tidak lama kemudian lewat lagi usungan jenazah yang lain. Kali ini mereka menjelekkannya. Beliau berkata, ‘Sudah seharusnya.’ Ketika ditanyakan kepada beliau, ‘Ya Rasûlullâh apa maksud ucapan Anda tadi?’ Beliau menjawab, ‘Ucapanmu tadi adalah kesaksian masyarakat. Kaum Mukminin adalah saksi-saksi Allâh di muka bumi.” (Bukhârî)
MUTIARA HADIS:
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain. (Thabarânî dan Dâruqutnî)
Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya. (Tirmidzî, Ahmad dan Dârimî)
Kata Bijak:
Dengan menjadi orang baik kita akan mendapat kebahagiaan, kemudahaan, nama baik, keuntungan, bahkan kesehatan. Karena itu, jadilah orang baik sekarang juga.
Comments
Post a Comment